Halo! Di postingan ini aku mau buka label baru, how does it
feel. Ceritanya mau berbagi cerita dan pengalaman dengan label baru ini.
AHAHAHAHAHA ((kaya bakal sering ngepost aja)).
Ah dan di label baru ini, aku mau certain pengalamanku selama
4 bulan menyukai lawan jenis yang 9 tahun lebih tua dari aku. Ya, crush-ku
sekarang ini 9 tahun lebih tua dariku. Dan iya, orangnya bener-bener orang
nyata, bukan idol atau aktor. Huhuhu, ini tak semudah yang kamu pikirkan.
Oke sebelumnya, aku mau meriwayatkan diri aku dulu. Jaman
SMP, aku pernah suka sama kakak kelas dan temen sekelas. Tapi levelnya masih
cetek, ngga suka yang bener-bener tergila-gila dan pengen tahu segalanya. Pas
jaman SMA, aku pernah suka temen sekelas dan temen deket sendiri. Levelnya udah
agak naik tuh. Ngerasain rasanya pengen tahu banyak tentang lawan jenis yang
disukai.
Nah, baru aja ini. Sebulan sebelum lulus SMA dan awal-awal
lulus SMA, aku ngerasain lagi suka sama lawan jenis. Menurutku, ini
menguntungkan. Karena aku jadi bisa mengalihkan perhatianku pada lawan jenis
yang sebelumnya aku sukai. Tapi ya, tetap saja yang namanya menyukai duluan itu
tidak enak. AHAHAHAHAHAHA (apalagi cewe) (ngga cantik badai pula) (duh elah).
Ah, sebelumnya aku mau kasih tau beberapa hal soal my
current crush ini. Sebutlah namanya Arif. Arif ini kakaknya teman dekatku. Aku
bertemu dengannya pertama kali di depan rumahnya saat hendak menginap di
rumahnya. Arif lulusan PTN ternama dengan jurusan yang juga sudah bisa disebut
lumayan.
Kuberitahu saja. Saat kamu menyukai seseorang yang kamu rasa
sudah benar-benar berbeda level denganmu, kamu akan benar-benar merasa minder
dan akan selalu berpikir bahwa menyimpan rasa dan tak membiarkannya tahu adalah
hal terbaik yang bisa dilakukan. Apalagi yang kusukai ini adalah kakaknya teman
dekatku sendiri. Apa? Kamu piker dengan menyukai kakaknya teman dekatmu sendiri
malah memudahkanku untuk mendekatinya? Tidak, tidak. Meminta teman dekatku
untuk mendekatkanku dengan kakaknya hanya mempercanggung suasana. Dan aku lebih
baik menyimpan segalanya sendiri.
Trus aku kenapa bisa suka dia ya?
Mungkin karena aku melihatnya dari luar. Tampangnya? Kuberi
nilai 7/10. Maafkan aku, tapi aku memasukkannya ke dalam daftar laki-laki
bertampang “di atas rata-rata” menurut Syafira Nur Faatihah. Hahahaha. Ia tidak
masuk di kategori tinggi dan putih. Tingginya seperti rata-rata laki-laki
Indonesia. Kusyukuri hal ini, karena hidup sebagai cewe 150cm itu kurang
menyenangkan. Ia tidak putih seperti laki-laki Korea, tapi tidak berkulit gelap
pula. Masih bisa terbilang kuning langsat. Badannya juga tidak tampak kurus
maupun gemuk. Berisi, tapi tidak bisa disebut gemuk pula. Pipinya terlihat
berisi. (Aku ngga bisa banyak muji dia, karena temanku suatu hari akan membaca
ini dan ia akan merasa geli).
Ah iya, teman dekatku yang kakaknya aku sukai ini tahu bahwa
aku menyukainya. Ia pernah berkata padaku,
“Ya kalo lo mau suka abang gue sih gak apa-apa. Cuma.. gue
ngga mau kalo—apa ya—ya rasa sukanya itu mengganggu hubungan pertemanan kita.
Gitu aja.”
Dia juga bilang, dia ngga mau kalo diminta ngebantuin
temennya buat bantu PDKT ke abangnya sendiri. Soalnya dulu pernah ada
kejadiannya juga. Dan temennya dia yang pernah suka abangnya itu cukup berani.
Bener-bener ngedeketin yang sampai sms dan basa-basi lewat sms gitu. Ngga
terlalu direspond baik sama abangnya. Jadi ini—wanti-wanti buatku juga
ahhahahahha.
Karakternya kuberi nilai 8/10. Tidak kuberi 10/10 karena aku
belum benar-benar tahu luar-dalemnya dia. Tapi dari perlakuannya ke aku, dia
cukup sopan dan baik. Ia tidak begitu kaku saat bertemu denganku. Ia juga suka
sharing dan menanyakan hal yang wajar mengenaiku. Terkadang ia jahil atau
memperolok adik-adiknya, tapi itu sikap yang wajar menurutku dan dari segala
cerita yang diceritakan temanku, ia bisa disebut kakak. Ia anak pertama dari
tiga bersaudara.
Ah, trus gimana rasanya menyukainya? Risau! Hahahahaha.
Karena meski umurnya yang sudah dewasa dan wawasannya yang cukup luas, itu
membuatku banyak merendah. Meski berharap, aku tahu aku bukan bahan ‘lirikan’.
Aku tidak bisa berharap bahwa hari esok aku bisa melihatnya. Aku tidak bisa
berharap suatu hari ia menanyakan hal-hal mengenaiku. Aku tidak bisa berharap
ia mau melirikku. Aku tidak bisa berharap banyak.
Eh, tapi, walau memiliki perbedaan 9 tahun, aku jadi bisa ngeliat banyak hal. Salah satunya dunia luar. Seperti yang udah aku kasih tau, dia itu lulusan PTN ternama dengan jurusan yang lumayan juga. Sayangnya, saat ini ia masih mengeksplor dunia pekerjaan. Belum benar-benar ada yang cocok untuknya. Di sini aku bisa melihat bahwa mencari pekerjaan juga tidak mudah. Apalagi dengan tuntutan kontrak dan ilmu yang sudah kita peroleh.
Oh iya, dia juga suka sharing banyak hal. Wawasannya terbilang lumayan. Pernah ia sharing cerita jaman kuliahnya dulu. Juga ada sepercik-sepercik cerita di jaman smp atau smanya. Untukku itu sangat menarik. Karena aku jadi tahu bahwa orang-orang diseumurannya pernah mengalami masa MOS atau pelantikan ekskul yang lebih berat dari anak-anak seumuranku.
Meski begitu, aku tetap bersyukur. Karenanya, aku berhenti
menyukai seorang lawan jenis yang kusukai sebelumnya. Ini hal yang baik karena
aku—‘tertolak’ dua kali. Hahahaha. Aku juga jadi tahu diri. Sebelumnya, aku
pernah mendekati dan menyatakan rasa sukaku pada 2 lawan jenis yang kusukai
sebelumnya. Saat ini, aku benar-benar menyimpannya. Aku juga bersyukur, karena
setidaknya aku benar-benar bisa menyukai lawan jenis dan merasakan sensasi
kasmaran. Tidak perlu banyak interaksi, hal-hal kecilpun bisa membuatku senang
karena sedang menyukainya.
Ah iya, ada lagi. Ia bukan social media freak. Tidak banyak
akun social medianya yang bisa ku-stalking. Ini menjadi nilai positif dan negative
tersendiri. Positifnya, aku tidak perlu tahu siapa-siapa saja yang menyukai dan
men-stalking-nya secara terang-terangan. Negatifnya, aku tidak bisa banyak tahu
tentangnya. Hahahahaha. Temanku menjadi sumber update-ku.
Eh, ada satu hal yang kusyukuri lagi. Suatu hari, aku pasti
diundang ke pernikahannya. HAHAHAAHHAHAHAHAHAHAHAHA. Hey, ini hal baik! Aku
akan satu frame dengannya suatu hari nanti. Ya, suatu hari nanti. Hahahaha.
No comments:
Post a Comment