Tuesday, 21 June 2016

Aku dan Randomness

Beberapa hari yang lalu sempet baca buku karyanya Pidi Baiq.
Judulnya Dilan, Dia adalah Dilanku Tahun 1990.
Kalau kamu belum tahu buku itu..
Tunggu dulu ya.
Temanku mau me-review-nya di blog miliknya.
Ngga tahu kapan ditulisnya.
Nanti kusertakan link-nya kok.


Ah iya.
Menurutku buku itu menarik.
Aku seolah-olah membaca buku diary si tokoh utama, Milea.
Karena buku itu juga,
Aku jadi menulis dengan gaya penulisan seperti ini.
Hehe?

Aku tidak biasanya menulis pemikiranku dengan kata ganti aku-kamu.
Semoga kamu yang membaca ini tidak merasa risih.

Oh iya.
Buku itu memperkenalkan aku pada sosok Dilan.
Sosok yang menurutku unik.
Aku suka caranya berbicara.
Banyak percakapan Dilan – Milea yang membuatku terkikih-kikih.
Sayang, tidak bisa kumasukkan di sini
Karena novelnya milik temanku
Dan aku tidak sedang meminjamnya sekarang.
Pokoknya lucu!
Kamu harus membacanya.

Oh iya.
Kemarin sore,
Aku mengirim pesan singkat kepada adik kelasku.
Aku berencana untuk mengajaknya buka bersama.
Percakapan di antara kami pun menjadi tidak jelas.
Aku merasa tertular cara bicaranya Dilan.

(Yang aku garismiring-kan berarti balasan sms dari adik kelasku.
Oh iya, adik kelasku itu laki-laki.
Dan ia suka bercanda, tapi jayus.)

“Aku rinduuu”
“Udah deh gak usah banyak gombal”
“Kenapa? Kamu udah nyampe langit ya?”
“Tenggelem malah”
“Alhamdulillah. Aku telepon tim SAR buat nyelamatin kamu ya?”
“Ga usah, aku suka kegelapan”
“Nanti aku kirimin senter. Mau lewat jne atau tiki?”
“Lewat condet sampe kampong rambutan hahaha”
Pada saat ia membalas ini, aku sebenarnya tidak mengerti apa yang dimaksudnya.
“rambutannya lagi panen ga tapinya?”
“Terus?”
“Kalo lagi panen, mau aku jual”
“Kalo aku sehat ok, besok hehee ok ikeh eh okeh”
Sepertinya pada saat ia membalas ini, ia bermaksud menyinggung soal tawaranku untuk bukber.
“Semoga sehat selalu. God bless you. Wish you all the best. Aku tunggu traktirannya.”
“Punya duit juga enggak, ngepet yuk, temenin nih hahaa”
“Oke aku beli lilinnya sama lampu tidurnya ya.”
“Aku beli babinya dulu”
“Oke. Babinya jangan digoreng, ya.”
“Aku jadiin cendol buat si valak hahahahahaaa”
“Valak ga suka cendol, sukanya kolak kayaknya?”
“Sukanya kamuuuu”
“Alhamdulillah. Aku terbang ga, nih?”
“Pala kleyeng-kleyeng yeee horeee”
“Aku beli bodrex aja.”
“Aku tak suke”
“sukanya apa? Aku?”
“Melody.” Maklum, dia wota.
“Do, re, atau mi?”
“Do re mi fa sol la si do so do sol”

Dan itulah akhir percakapan kami.
Tidak seru, tidak lucu, dan jayus.

Gagal jadi Milea dan Dilan.

No comments:

Post a Comment